leukimia limfositik akut
05.05 Edit This 0 Comments »
Pengobatan
1. Tranfusi
darah, biasanya diberikan bila kadar Hb kurang adri 6 g% pada
trombositopenia yang berat dan
pendarahan masif, dapat diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat
tanda-tanda dapat diberikan heprin.
2. Kortikosteroid
( prednison, kortison, deksametason dan sebagainnya ). Setelah dicapai remisi
dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentika.
3. Sitostatika.
Selain sitostatika yang lama (6 merkaptopurin atau 6-mp, metroteksat atau MTX)
pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten seperti vinkristin
(oncovin), rubidomisin (daunorubycine), sitosin, arabinosid, L- asparaginase,
siklofosfamid, atau CPA, adriamisin dan sebagainya. Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi
bersama-sama dengan predison. Pada pemberian obat-obatan ini serimg terdapat
akibat samping berupa alopesia, stomatitis, leokopenia, infeksi sekunder atau
kandidiasis. Hendaknya lebih berhati-hati bila jumlah leukosit kurang dari
2.000/mm3.
4. Infeksi
sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar yang suci
hama).
5. Imunoterapi,
merupakan cara pengobatan cara terbaru. Setelah tercapai remisi dan jumlah sel
leukemia cukup rendah (105 - 106), imunoterapi mulai
diberikan. Pengobatan yang aspesifik dilakukan dengan pemberian imuisasi BCG atau
dengan corynae bacterium dan dimaksudkan agar terbentuk antibodi yang dapat
memeperkuat daya tahan tubuh. Pengobatan
spesifik dikerjakan dengan disuntikan
sel leukimia yang telah diradiasi. Dengan cara ini diharapkan penderita
leukimia dapat sembuh semprna.
Cara pengobatan
Setiap
klinik mempunyai cara tersendiri bergantung pada pengalamannya. Umumnya
pengobatan ditujukan terhadap pencegahan kambuh dan mendapatkan masa remisi
yang lebih lama.
Untuk
mencapai keadaan tersebut, pada perinsipnya dipakai pola dasar pengobatan
sebagai berikut:
1. Induksi
Dimaksudkan
untuk mencapai remisi, yaitu degan pemberian berbagai obat tersebut diatas,
baik secara sistemik maupun intratekal sampai sel blas dalam sumsum tulang
kurang dari 5%
2. Konsulidasi
Yaitu
agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi.
3. Rumat
(maintenance)
Untuk
memepertahankan masa remisi, sedapat-dapatnya suatu masa remisi yang lama.
Biasanya dilakukan dengan cara pemberian titostatika separuh dosis biasa.
4. Reinduksi
Dimaksudkan
untuk mencegah relaps. Reinduksi biasanya dilkaukansetiap 3-6 bulan dengan
pemberian obat-oabat seperti pada
indiksi selama 10-14 hari.
5. Mencegah
terjadinya leukimia susunan syaraf pusat.
Untuk
hal ini diberikan MTX intratekal pada waktu induksi untuk mencegah leukimia
meningeal dan radiasi kranial sebanyak 2.400-2.500 rad. Untuk mencegah leukimia
meningeal dan leukimia serebral. Radiasi ini tidak diulang pada reinduksi.
6. Pengobatan
imunologik
Diharapkan
semua sel leukimia didalam tubuh akan hilang sama sekali dan dengan demikian
diharapkan penderita dapat sembuh sempurna.
Cara
pengobatan yang dilakukan dibagian ilmu kesehatan anak FKUI terhadap leukimia
limfositik akut ialah dengan menggunakan sebagai berikut :
1. Induksi
Sistemik
:
a. VCR (vinkristin) : 2 mg/m2/minggu, intrevena,
diberikan 6 kali.
b. ADR
(adriamisin): 40 mg/m2/minggu intrevena, diberikan 3 kali, dimulai pada hari
ketiga pengobatan.
c. Pred
(prednison) : 50mg/m2/hari peroral diberikan selama 5 minggu, kemudian tapering
off selama 1 minggu.
SSP: profilaksis: MTX (metotreksat)
10mg/m2/minggu intertekal, diberikan 5 kali dimulai bersamaan dengan atau
setelah VCR pertama. Radiasi kranial : dosis total 2.400 rad. Dimulai setelah
konsolidasi terakhir (siklofosfamid)
2. Konsolidasi
a. MTX
: 15mg/m2/hari intravena, diberikan 3 kali, dimulai satu minggu setelah VCR
keenam, kemudian dilanjutkan dengan :
b. 6-MP
(6- merkaptopurin):500mg/m2/hari peroral, diberikan 3 kal.
c. CPA
(siklofosfamid): 800mg/m2/kali diberikan sekaligus pada akhir minggu kedua dari
konsulidasi.
Rumat
(maintenance)
Dimulai
satu minggu setelah konsulidasi terakhir (CPA) dengan :
a. 6-MP
: 65mg/m2/hari peroral.
b. MTX
: 20 mg/m2/minggu peroral, dibagi dalam 2 minggu dosis (misalnya senin dan
kamis)
3. Rerinduksi
Diberikan
tiap 3 bulan sejak VCR terakhir. Selama reinduksi obat-obat rumat dihentikan.
Sistemik:
a. VCR
: dosis sama dengan dosis induksi. Diberikan 2 kali
b. Pred
: dosis sama dengan dosis induksi diberikan 1 minggu penuh dan 1 minggu kemudian tapering off.
SSP : MTX intratekal :
dosis sama dengan dosis profilkasis, diberikan 2 kali.
4. Imunoterapi
BCG
diberikan 2 minggu setelah VCR kedua pada reinduksi pertama. Dosis 0,6 ml
intrakutan, diberikan pada 3 tempat masing-masing 0,2ml. Suntikan BCG diberikan
3 kali dengan interval 4 minggu. Selama pengobatan ini, obat-obatan rumat
diteruskan.
5. Pengobatan
seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun
remisi terus menerus.
Pungsi
sumsum tulang ulangan rutin dilakukan setelah induksi pengobatan ( setelah 6
minggu)
0 komentar:
Posting Komentar