kepemimpinan dalam manajemen kesehatan
03.32 Edit This 0 Comments »
BAB I
Latar Belakang
Banyak diantara kita yang berharap menjadi pemimpn
suatu saat dan mengira bahwa memimpin adalah suatu proses dimana kita mempunyai
bawahan atau pengikut yang banyak.
Pada umumnya, seorang pemimpin dipresepsikan sebagai
seorang yang paling tinggi jabatannya dalam suatu lembaga atau organisasi dan
dia yang mengatus banyak hal. Tapi, jika ditinjau dari individual saja, suatu
individual adalah pemimpin untuk dirinya sendiri, dimana individu mempunyai
tugas sendiri untuk mengatur waktunya dalam pekerjaan, ibadah, interaksi social
dan lain sebagainya.
Setiap orang bisa menjadi
seorang terpimpin. Setiap orang mempunyai kiat-kiat tersendiri dalam memimpin
baik dalam sebuah organisasi, diri sendiri sanpai negara. Pemimpin berwenang
dalam memerintah, jika pemimpin itu memimpin suatu organisasi atau lembaga, dia
mempunyai wewenang untuk memerintah orang lain yang dengan perintah itu dapat
menjalankan pekerjaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Ruang Lingkup Permasalahan
- Bagaimanakah manajemen kepemimpinan dalam kesehatan?
- Bagaimanakah manajemen kepemimpinan dalam keperawatan?
Tujuan Penulisan
- Agar mahasiswa mampu memahami hakekat seorang pemimpin
- Agar mahasiswa memahami manajemen kepemimpin dalam kesehatan dan praktik keperawatan.
- Agar mahasiswa mampu menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan dalam kehidupan sehari-hari
BAB II
LANDASAN TEORI
Pengertian Dasar Kepemimpinan
Kepemimpinan pada dasarnya adalah subjektif, dalam artian tidak diukur secara
objektif. Menurut Sullivan dan Decker, kepemimpinan merupakan pengunaan
keterampilan seseorang dalam mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan suatu
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya. Kepemimpinan merupakan
interaksi antar kelompok, proses mempengaruhi kegiatan suatu organisasi dalam
pencapaian tujuan.
Selain itu, menurut Stogdill, kepemimpinan adalah suatu proses yang aktivitas
kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan. Sedangkan
Gardner mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan memberi
contoh sehingga individu (pimpinan kelompok) membujuk kelompoknya untuk
mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.
Dari tiga defenisi atau pandangan para ahli di atas , kepemimpinan merupakan
proses mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan organisasi.
Seorang pemimpin tentunya bukanlah orang yang tidak mempunyai keahlian dalam
mengatur anggotanya. Seorang pemimpin pasti memiliki suatu keahlian khusus
sehingga ia dipercayakan menjadi seseorang pemimpin. Yang diperlukan dan harus
dimiliki oleh seorang pemimpin menurut Suarti dan Bahtiar (2007), yaitu:
1). Pemimpin memiliki kepemimpinan karismatik dan tidak dapat diukur
kuantitasnya.
2). Memiliki kecerdasan, kepandaian, dan mempunyai pengetahuan kerja.
3). Sejak kecil terlihat adanya bakat sebagai pemimpin.
4). Memiliki sifat adil, cerdas, baik, realistis, dan lain-lain.
5). Memiliki keyakinan
6). Selalu tertarik untuk menyelesaikan pekerjaan.
7). Mengetahui tugasnya.
8). Pandai mengawasi dan menganalisa.
9). Kesanggupan mendelegasikan wewenang.
10). Menetapkan standar yang cukup tinggi.
11). Prestasi tunggu.
12). Dapat menerapkan dan meraih tujuan/ambisi/sasaran.
13). Mengakui kelemahan dan kekuatan diri sendiri dan orang lain.
14). Dapat menemukan dan menggunakan sumber daya secara tepat.
15). Dapat mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan.
16). Belajar dari pengalaman langsung.
17). Memahami pengunaan kekuasaan.
Selain memiliki keahlian seperti yang telah disebutkan di atas, seseorang
pemimpin harus memiliki sifat-sifat berikut:
Keinginan untuk menerima tanggung jawab
Banyak para pemimpin yang hanya bertitle pemimpin, tapi tidak berani untuk
bertanggung jawab dan melaksanakan. Seperti para pemimpin di pemerintahan yang
masih ada keengganan untuk melaksanakan tanggung jawab meski ia mampu menerima
tanggung jawab.
Kemampuan untuk perceptive insight atau persepsi introspektif
Seseorang pemimpin yang baik harus mampu menilai dirinya sendiri, memperbaiki
kesalahannya dan mau menerima saran dari bawahannya mengenai sikapnya dalam
memimpin.
Kemampuan untuk menentukan prioritas
Seseorang pemimpin yang baik harus mampu menentukan prioritas yang bermanfaat
bagi orang banyak, tidak memprioritaskan kepentingan pribadi saja.
Kemampuan untuk berkomunikasi
Sering sekali antara pimpinan dan bawahan terjadi kesalah pahaman akibat
pemimpin tidak mampu menyampaikan wewenangnya secara jelas agar dipahami oleh
bawahannya. Pemimpin yang efektif ialah pemimpin yang mengadakan komunikasi
yang efektif.
Seorang pemimpin dapat digolongkan sebagai ’pemimpin yang sebenarnya’ dan
pemimpin yang ’bukan pemimpin’. Maksudnya, ’pemimpin yang sebenarnya’ akan
menjalankan tugasnya untuk kepentingan banyak orang dan kepentingan dirinya
secara seimbang, agar tujuan bersama dapat dicapai. Sedangkan pemimpin yang
’bukan pemimpin’ sebenarnya hanya menjalankan tugasnya jaika tugas tersebut
memiliki tujuan pribadi dan banyak merugikan orang banyak. Untuk membedakan
kedua sifat tersebut, kita lihat tabel dibawah ini:
Pemimpin Bukan Pemimpin
- Memberi semangat pengikutnya.
- Menyelesaikan pekerjaan dan mengembangkan pengikutnya.
- Menujukkan kepada pengikutnya bagaimana menjalankan suatu pekerjaan.
- Memikul kewajiban/tanggung jawab.
- Memeperbaiki kegagalan yang terjadi dalam pencapaian tugas.
- Memaksa/menarik pengikutnya.
- Menyelesaikan pekerjaan dengan mengorbankan pengikutnya.
- Memberikan kekuatan dengan ancaman dan paksaan.
- Melepaskan tanggung jawab.
- Menyalahkan orang lain atas kegagalan yang dialami.
2.2 Teori Kepemimpinan
1. Teori ”Trait” (bakat)
Teori ini menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin (pemimpin dibawa sejak
lahir bukan didapatkan) dan mereka mempunyai karakteristik tertentu yang membuat
mereka lebih baik dari orang lain (Marqus & Huston, 1998). Teori ini
disebut dengan ”Great Man Theory”. Namun menurut teori kontemporer, kepimpinan
seseorang dapat dikembangkan bukan hanya dari pembawaan sejak lahir,
kepemimpinan seorang dapat dipengaruhi dari siapa yang mengasuh, situasi dan
lingkungan lainnya.
2. Teori X dan Teori Y Mc Gregor
Mc Gregor menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan individu secara
keseluruhan yang mengadakan interaksi dengan dunia individu lainnya. Apa yang
terjadi dengan orang tersebut merupakan akibat dari prilaku orang lain. Sikap
dan emosi dari orang lain mempengaruhi orang tersebut. Bawahan sangat
tergantung pada atasan dan berkeinginan untuk diperlakukan adil. Suatu hubungan
akan berhasil apabila dikehendaki kedua pihak, juga tergantung dari prakarsa
yang diambil atasan (Swanburg, 2000)
Teori X mengasumsikan bahwa bawahan tidak menyukai pekerjaan, kurang ambisi,
tidak mempunyai tanggung jawab, cendrung menolak perubahan dan lebih suka
dipimpin dari pada memimpin. Sebaliknya teori Y mengasumsikan baha bawahan itu
senang bekerja, bisa menerima tanggung jawab, mampu mandiri, mampu mengawasi
diri, mampu berimajinasi dan kreatif (Nursalam, 2002).
Singkatnya ,
Gaya kepemimpinan paternalistik dan demokrasi cenderung penganut teori Y
Gaya kepimpinan yang tough (otoriter) cenderung penganut teori X
3. Teori Hersey and Blanchard
Menurut Hersey and Blanchard, kepimpinan didasarkan pada kemampuan dan
kematangan (kedewasaan) stafnya. Seorang pemimpn akan mengembangkan
kepimpinannya sesuai dengan kemampuan dan inisiatif stafnya.
Seorang pemimpin yang efektif harus mampu mengembangkan motivasi kerja stafnya
sehingga staf mampu bekerja lebih produktif untuk mencapai tujuan organisasi.
2.3 Gaya Kepimpinan
Tidak semua pemimpin memiliki gaya kepimpinan yang sama dalam memimpin
anggotanya. Menurut Suarli dan Bahtiar (2007), gaya kepemimpinan ialah pola
tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan antara tujuan organisasi dan
tujuan individu, untuk mencapai suatu tujuan . Gilles (1970), menyatakan bahwa
gaya kepimpinan dapat diidentifikasikan berdasarkan perilaku pemimpin itu
sendiri. Perilaku sesorang dipengaruhi oleh adanya pengalaman bertahun-tahun
dalam kehidupannya, oleh karena itu kepribadian sesorang akan mempengaruhi gaya
kepemimpinan yang digunakan.
A. Gaya Kepemimpinan menurut Teori X dan Teori Y
1). Gaya Kepemimpinan Diktator
Gaya kepimpinan yang dilakukan dengan menimbulakan ketakutan serta mengunakan
ancaman dan hukuman merupakan bentuk dan pelaksanaan teori X.
2). Gaya Kepemimpinan Autokratis
Pada dasarnya hampis sama dengan gaya kepemimpinan diktator namun bobotnya agak
kurang. Segala keputusan berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak
dapat dibenarkan. Gaya ini merupakan pelaksaan dari teori X.
3). Gaya Kepimpinan Demokratis
Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam pengambilan sebuah keputusan
yang dilakukan dengan cara musyawarah. Gaya kepemimpinan ini dasarnya sesuai
dengan teori Y.
4). Gaya Kepemimpinan Santai
Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihatkarena segala keputusan diserahkan
kepada bawahan. Gaya kepimpinan ini sesuai dengan teori Y (Azwar, 1996).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kepimpinan Dalam Keperawatan
Pemberian pelayanan dana asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan yang
kompleks dan melibatkan berbagai individu. Seperti yang dijelaskan, jika semua
individu ingin menjadi pemimpin dalam pemberian pelayanan dan asuhan
keperawatan tentunya akan sulit. Oleh karena itu dibutuhkan seorang pemimpin
yang dapat mengatur cara individu yang berjumlah banyak dalam melaksanakan
tugasnya. Agar tujuan keperawatan tercapai dperlukan berbagai kegiatan dalam
menerapkan keterampilan kepimpinan.
Menurut Kron, kegiatan tersebut meliputi:
1. Perencanaan dan Pengorganisasian
Pekerjaan dalam suatu ruangan hendaknya direncanakan dan diorganisasikan. Sumua
kegiatan dikoordinasikan sehingga dapat dikerjakan pada waktu yang tepat dan
dengan cara yang benar. Sebagai seorang kepala ruangan perlu membuat
perencanaan kegiatan di ruangan.
2. Membuat Penugasan dan Memberi Penghargaan
Setelah membuat penugasan, perlu diberikan pengarahan kepada perawat tentang
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan secara singkat dan jelas. Dalam memberi
pengarahan, seorang pemimpin harus membuat seseorang memahami apa yang
diarahkan dan juga mempunyai tanggung jawab untuk melihat apakah pekerjaan
tersebut dikerjakan dengan benar. Untuk itu diperlukan kemampuan dalam hubungan
antara manusia dan teknik-teknik keperawatan.
3. Pemberian Bimbingan
Bimbingan merupakan unsur yang penting dalam keperawatan. Bimbingan berarti
menunjukan cara menggunakan berbagai metoda mengajar dan konseling. Bimbingan
yang diberikan meliputi pengetahuan dan keterampilan dalam keperawataan. Hal
ini akan membantu bawahan dalam melakukan tugas mereka sehingga dapat
memberikan kepuasan bagi perawat dan klien.
4. Mendorong Kerja sama dan Partisipasi
Kerja sama diantara perawat perlu ditingkat dalam melaksanakan keperawatan.
Seseorang pemimpin perlu menyadari bahwa bawahan bekerja sama dengan pemimpin
bukan untuk dibawah pimpinan. Kerja sama dapat ditingkatkan melalui suasana
demokrasi dimana setiap individu/perawat mengetahui apa yang diharapkan dari
mereka, dan mereka mendapat pujian serta kritik yang membangun. Disamping itu
setiap individu dalam kelompok diusahakan untuk berpartisipasi. Hal ini akan
membuat setiap perawat merasa dihargai.
5. Kegiatan Koordinasi
Pengkoordinasian kegiatan dalam suatu ruangan merupakan bagian yang penting
dalam kepemimpinan keperawatan. Seorang pemimpin perlu mengusahakan agar setiap
perawat mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam suatu ruangan. Hal
lain yang perlu dilakukan adalah melaporkan kepada atasan langsung tentang
pencapaian kerja bawahan.
6. Evaluasi Hasil Penampilan Kerja
Evaluasi hasil penampilan kerja dilakukan melalui pengamatan terhadap staf dan
pekerjaan mereka. Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menganalisa
kekurangan dan kelebihan staf.
3.2 Kompetensi yang harus Dimiliki oleh Manajer Keperawatan dalam Meningkatkan
Efektivitas Kepemimpinan
Kompetensi yang harus dimiliki Manajer Keperawatan telah dilaksanakan suatu
penelitian 313 tenaga kesehatan di Austalia (Harris & Belakley, 1955).
Kompetensi tersebut dikatagorikan menjadi 7 yaitu:
KOMPETENSI PENJABARAN
1.Kepemimpinan
Berkomunikasi tentang organisasi dan dalam memfalisitasi kegiatan
Mendelegasikan dan mendapatkan orang lain untuk melaksanakan tugas dan menerima
tanggung jawab
Menseleksi dan memilih pegawai yang tepat
Menciptakan budaya organisasi yang kondusif dan efektif
Menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif
Mengkonsultasikan dengan staf dan orang lain diluar organisasi yang sesuai
tentang keadaan organisasi
Mengenal kapan peraturan harus dilaksankan (fleksibilitas)
2.Pengambilan keputusan & Perencanaan
Berfikir ulang dan menyusun kembali priorotas organisasi
Merespon secara cepat dan tepat tentang perubahan yang tidak diharapkan
Mengantisipasi dan melaksanakan perencanaan perubahan anggaran
Memberikan pedoman dan arahan tentang keputusaan dan organisasi melalui
pengetahuan dari pemerintahan daerah, provinsi dan nasional
Menginterprestasikan perubahan industri dan mengimplementasikan dalam
organisasi
Menginterprestikan perubahan ekonomi staf
Menempatkan organisasi sebagai bagian yang penting
3.Hubungan Masyarakat/Komunikasi
Empati, mendengar dan tanggap terhadap semua pernyataan orang lain.
Menciptakan situasi yang kondusif dalam komunikasi
Membaca dan tanggap terhadap situasi politik yang terjadi
Menunjukkan rasa percaya diri melalui kemampuan berkomunikasi
(verbal/nonverbal) dalam mempengaruhi orang lain
Berkomunikasi secara efektif melalui tulisan
Mengembangkan proses hubungan yang baik dalam atau diluar organisasi
Menggunakan media untuk pemasaran /keuntungan organisasi
4.Anggaran
Bertanya dan melihat rencana sebelumnya
Mengontrol budged
Menginterprestasikan penggunaan anggaran sesuai kebutuhan
Merencanakn jauh ke depan (misalnya 5 tahun ke depan)
Menggunakan pengukuran dan rata-rata industri
Menyediakan resiko terhadap kekurangan keuangan
Mengkonsultasikan tentang masalah keuangan
5.Pengembangan
Mengembangkan tim kerja yang efektif
Mempertahankan dan mengembangkan hubungan profesional antar staf
Memberikan umpan balik yang positif
Menerapkan peran mentor yang efektif
Menggunakan sistem pemberian penghargaan yang baik
Mengembangkan meningkatkan dan mereview indikator organisasi
6.Personaliti
Memfokuskan satu atau lebih dari dua kejadian dalam suatu periode
Mengaplikasikan filosofi manajemen dan komitmen terhadap kualitas pelayanan
Mengambil keputusan yang tepat
Mengelola stress individu
Menerima sesuatu terhadap kejadian yang tidak diharapkan
Menggunakan koping yang efektif dalam setiap masalah
Mensyukuri nikmat yang telah diberikan atas keberhasilan pencapaian tujuan
7.Negosiasi
Mengidentifikasi dan mengelola konflik
Memfalisitasi perubahan
Mendemonstrasikan pemahaman tentang perbedaan suatu pendapat
Melakukan negosiasi dengan baik
Mengklarifikasi kejadian yang melibatkan seluruh staf
Melakukan negosiasi dengan staf, kelompok dan organisasi luar
Menjadi mediator terjadinya konflik antara staf dan kelompok.
0 komentar:
Posting Komentar