ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN DIABETES MELITUS DI BANGSAL MENUR BPK RSU MUNTILAN MAGELANG

03.10 Edit This 0 Comments »



PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Setiap tahun jumlah penderita diabetes cenderung meningkat. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia kini menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita diabetes melitus di dunia.
Pada 2006, jumlah penyandang diabetes (diabetasi) di Indonesia mencapai 14 juta orang. Dari jumlah itu, baru 50% penderita yang sadar mengidap, dan sekitar 30% di antaranya melakukan pengobatan secara teratur. Menurut beberapa penelitian epidemiologi, prevalensi diabetes di Indonesia berkisar 1,5 sampai 2,3, kecuali di Manado yang cenderung lebih tinggi, yaitu 6,1%.
Penyakit gula atau diabetes melitus (DM) dapat menyerang siapa saja, tua-muda, kaya-miskin, atau kurus-gemuk. Penyakit diabetes tidak dapat disembuhkan, namun dapat dicegah. Diabetes melitus atau dikenal pula penyakit kencing manis disebabkan oleh gangguan metabolisme yang berhubungan dengan hormon insulin
            Diabetes Melitus atau penyakit kencing manis adalah penyakit menahun (kronis), yang ditandai oleh kadar glukosa (gula) di dalam darah tinggi. Kadar glkosa darah yang normal pada waktu puasa tidak melebihi 100 mg/dl dan 2 jam sesudah makan kurang dari 140 mg/dl. Kadar glukosa darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan timbulya gejala-gejala seperti : sering kencing, rasa haus dan rasa lapar yang berlebihan, sering mengalami infeksi, letih lesu, berat badan menurun, dll.
            Namun dapat pula terjadi pada beberapa penderita DM yang tidak merasakan gejala-gejala tersebut diatas dan penyakitnya ditemukan secara kebetulan, misalnya pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin.Apabila pada seseorang penderita kencing manis kadar glukosa darahnya tinggi dalam jangka waktu yang lama, maka akan timbul komplikasi menahun (kronis yang mengenai mata menyebabkan gangguan penglihatan bila mengenai sistem syaraf akan menyebabkan gangguan rasa dan gangguan bila mengenai ginjal menyebabkan gangguan fungsi ginjal).
            Adapun gambaran luka pada penderita kencing manis dapat berupa: demopati (kelainan kulit berupa bercak-bercak bitam di daerah tulang kering), selulitis (peradangan dan infeksi kulit), nekrobiosisi lipiodika diabetik (berupa luka oval, kronik, tepi keputihan), osteomielitis (infeksi pada tulang) dan gangren (lika kehitaman dan berbau busuk). 

B.   Tujuan

1.    Tujuan Umum
         Diketahuinya asuhan keperawatan pada klien Ny. S dengan ulkus diabetikum di bangsal Flamboyan BPK RSU Kabupaten Magelang Jawa Tengah Tahun 2009.
2.    Tujuan Khusus
a.    Diketahuinya asuhan keperawatan pada klien Ny. S dengan diabetes mellitus di bangsal Flamboyan BPK RSU Kabupaten Magelang Jawa Tengah Tahun 2008.
b.    Diketahuinya asuhan keperawatan pada klien Ny. S dengan ulkus diabetikum di bangsal Flamboyan BPK RSU Kabupaten Magelang Jawa Tengah Tahun 2008.




TINJAUAN TEORI

A.   DIABETES MELLITUS

1.    Definisi
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).

2.    Klasifikasi  Diabetes
Secara klinis DM dapat digolongkan menjadi 2 tipe (Firman, 2008), yaitu
a.    Diabetes Mellitus Tipe I (IDDM)
IDDM terdapat paling banyak pada orang muda, biasa dibawah usia 30 tahun atau bahkan sejak usia anak-anak sehinga disebut Juvenil Onset Diabetes Mellitus.Penyakit ini disebabkan defisiensi insulin yang absolut. Hal itu terjadi karena kerusakan total dari sel beta pankreas yang merupakan sel-sel penghasil insulin.
b.    DM tipe II (NIDDM)
NIDDM paling banyak menyerang orang (usia sekitar 40 tahun ke atas). Kategori ini terdapat insulin tidak efektif atau tidak mencukupi (defisiensi insulin relatif) dan biasanya dapat dikelola melalui terapi diet, atau dengan pengobatan menggunakan Obat diabetik oral baik yang dibuat dari bahan kimia maupun dari ekstrak tumbuhan alam, yang dikategorikan dalam 2 tingkatan yaitu Diabetes Mellitus (DM) tipe II kadar Gula Darah sangat tinggi: jika kadar gula darah sewaktu > 200 mg/dl, Diabetes Mellitus (DM) tipe II kadar Gula Darah tinggi: jika kadar sewaktu 140 – 199 (Foster cit Herenda, 2005)
c.    Diabetes tipe lain yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu, misalnya penyakit pankreas, hormonal, obat atau bahan kimia, kelainan reseptor dan kelainan genital (WHO cit Herenda, 2005).
d.    Diabetes mellitus gestational (kehamilan). Diabetes yang terjadi pada wanita hamil tidak mengidap diabetes. Diabetea Gestational disebabkan oleh peningkatan kebutuhan energi dan hormon pertumbuhan yang terus menerus tinggi selama kehamilan.
e.    Diabetes Insipidus. Suatu penyakit yang ditandai oleh penurunan produksi, sekresi dan fungsi dari ADH. Diabetes Insipidus disebabkan oleh berkurangnya produksi ADH baik total maupun parsial oleh hipotalamus atau penurunan pelepasan ADH dari hipofisis anterior serta ketidakmampuan ginjal berespon terhadap kadar ADH dalam darah, akibat berkurangnya reseptor atau second messenger (Faktor genetik, pembawa gen resesif terkait X, Hipokalemia, dan hipokalemia.

3.    Etiologi
Menurut rusari (2008), etiologi diabetes mellitus dibagi menjadi 2 bagian, antara  lain:

a.    Diabetes tipe I
1)    Faktor-faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi mewarisisuatu predisposisiatau kecenderungan genetic ke arahterjadinya diabetes tipe I.
2)    Faktor-faktor Imunologi
Pada  diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibodi tertarikterarah pada jaringan normaltubuh dengan cara bereksi terhadap jaringan tersebutyang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
3)    Faktor-faktor lingkungan
Penyelidikan juga sedang dilaukan terhadap kemungkinan faktor-faktor eksternal yang dapat memicu dekstruksi sel beta.
b.    Diabetes tipe II
1)    Usia (resisten insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
2)    Obesitas
3)    Riwayat keluarga

4.    Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus
Dapat digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronik  (Misnadiarly, 2006), antara lain :
a.    Gejala Akut
Gejala penyakit DM ini dari satu penderita ke penderita lainnya tidaklah selalu sama, dan gejala yang disebutkan disini adalah gejala yang umum timbul dengan tidak mengurangi kemungkinan adanya variasi gejala lain, bahkan ada penderita diabetes yang tidak menunjukkan gejala apa pun sampai pada saat tertentu.
1)    Pada permulaan gejala ditunjukkan meliputi tiga serba banyak yaitu :
a)    Banyak makan (polipagi)
b)    Banyak minum (polidipsi)
c)    Banyak kencing (poliuri)
Atau disingkat dengan “3P”. Dalam fase ini biasanya penderita menunjukkan berat badan yang terus naik – bertambah gemuk, karena pada saat ini jumlah insulin masih mencukupi.
2)    Bila keadaan tersebut tidak cepat diobati, lama-kelamaan mulai timbul gejala yang disebabkan oleh kurangnya insulin. Jadi bukan ‘3P’
b.    Gejala Kronis
Kadang-kadang penderita DM tidak menunjukkan gejala akut (mendadak) tetapi baru menunjukkan gejala sesudah beberapa bulan atau beberapa tahun mengidap penyakit DM. gejala ini disebut gejala kronik atau menahun.
Gejala kronik yang sering timbul adalah seorang penderita dapat mengalami beberapa gejala tersebut, antara lain kesemutan, kulit terasa panas (wedangan) atau sepaerti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal di kulit, kram, capek, mudah mengantuk, mata kabur, gatal di sekitar kemaluan, gigi mudah lepas, kemauan seksual menurun, dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan berat badan lahir > 4 kg.

5.    Patofisiologis
Menurut Brunner dan Suddarth (2002), patofisiologi diabetes mellitus sebagai berikut:
a.    Diabetes Mellitus Tipe I :
Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel- sel beta pangkreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan heperglikemia postprandial ( sesudah makan )
Jika konsentrasi glukosa darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar , akibatnya glukosa tersebut m,uncul dalam urin ( glukosuria ).Ketika glukosa dieskresikan kedalam urin, eskresi ini akan disertai pengeluaran cairan  yang  berlebihan ( diuresis osmotic ).Sebagai akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih, (poliuria dan rasa haus polidipsia)
Defisiensi insulin mengganggu metabolisme protein dan lemak dan menyebabkan penurunan berat badan, peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino serta substansi lain). Namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetic yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventikasi, nafas berbau aseto, dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma, bahkan kematian. Pemberian insulin bersama dengan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat dan mengatasi gejala hiperglikemia serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan glukosa darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
b.    Diabetes Mellitus tipe II
Pada tipe ini terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Akibat terikatnya insulin dengan reseptor tesebut, terjadi suatu rangkaian reksi dalam metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada DM tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel. Dengan demikian insulin tidak efektif untuk menstimulasi glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabetic tipe II, namun masih ada insulin dengan jumlah insulin yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton. Karena itu, ketoasidosis diabetic tidak terjadi pada diabetes tipe II.
Diabetes tipe II sering terjadi pada penderita pada usia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang lambat (bertahun-tahun) dan progresif maka awitan DM tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Gejalanya bersifat ringan dan mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang tidak sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadar glukosa sangat tinggi).

6.    Komplikasi
Menurut Misnadiarly (2004), komplikasi diabetes mellitus terdiri dari
a.    Komplikasi Akut
1)    Ketoasidosis Diabetikum
Ketika kadar insulin rendah, tubuh tidak bisa menggunakan glukosa sebagai energi dan karenanya lemak tubuh dimobilisasi tempat penyimpangannya. Penghancuran lemak untuk melepas energi menghasilkan formasi asam lemak. Asam lemak ini melewati hepar dan membentuk satu kelompok senyawa kimia bernama benda keton, benda keton dikeluarkan lewat urin disebut ketonuria.
Kadar benda keton yang meningkat dalam tubuh disebut ketosis. Ketosis bisa meningkatkan keasamaam cairan tubuh dan jaringan sehingga kadar yang sangat tinggi dan menyebabkan satu kondisi yang disebut asidosis. Asidosis akibat dari benda keton yang meningkat disebut ketoasidosis.
2)    Hipoglikemia
Merupakan salah satu komplikasi akut yang tidak jarang terjadi dan sering kali membahayakan hidup penderitanya serta ditandai kadar gula darah yang melonjak turun di bawah 50-60 mg/dl
3)    Infeksi
Pengidap diabetes cenderung terkena infeksi karena 3 alasan utama, yaitu
a)    Bakteri tumbuh baik jika kadar glukosa darah tinggi
b)    Mekanisme pertahanan tubuh rendah pada orang yang terkena diabetes
c)    Komplikasi terkait diabetes yang meningkatkan risiko infeksi.
Infeksi yang pada umumnya menyerang pengidap diabetes termasuk infeksi kulit, infeksi saluran kencing, penyakit pada gusi, tuberkulosis, dan beberapa jenis infeksi jamur
b.                    Komplikasi kronis
1)    Penyakit jantung dan pembuluh darah
Aterosklerosis adalah sebuah kondisi dimana arteri menebal dan menyempit karena penumpukkan lemak pada bagian dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri di kaki bisa mempengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah yang mengakibatkan kram, rasa tidak nyaman atau lemas saat berjalan. Jika suplai darah pada kaki sangat kurang atau terputus dalam waktu lama bisa terjadi kematian pada jaringan
2)    Kerusakan pada mata (Retinopati)
Retina mata terganggu sehingga terjadi kehilangan sebagian atau seluruh penglihatan. Pasien dengan retinopati diabetik mengalami gejala penglihatan kabur sampai kebutaan.


3)    Kerusakan pada ginjal (Nefropati)
Kerusakan ginjal akibat diabetes mellitus yang kronik sering dijumpai. Di ginjal yang paling parah mengalami kerusakan adalah glomerulus, walaupun arteriol dan nefron juga terkena akibat hipoksia yang berkaitan dengan diabetes jangka panjang glomerulus seperti sebagian besar kapiler lainnya menebal.
4)    Kerusakan saraf (Neuropati)
Sistem saraf perifer termasuk komponen sensorik dan motorik divisi somatik dan otonom, mengalami kerusakan pada DM kronik. Penyakit saraf yang disebabkan oleh diabetes mellitus disebut neuropati diabetes. Neuropati Diabetes disebabkan hipoksis kronik sel-sel saraf

7.    Pemeriksaan Penunjang
Menurut Rusari (2008), pemeriksaan penunjang untuk diabetes mellitus, antara lain:
a.    Glukosa darah sewaktu
b.    Kadar glukosa darah puasa
c.    Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl) Bukan DM Belum pasti DM DM

Bukan DM
Belum pasti DM
DM
Kadar glukosa darah sewaktu
•  Plasma vena
•  Darah kapiler
Kadar glukosa darah puasa
•  Plasma vena
•  Darah kapiler
< 100
<80
<110
<90
100-200
80-200
110-120
90-110
>200
>200
>126
>110


Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
a.    Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L
b.    Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L
c.    Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

8.    Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal (Rukmana,2008):
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a.    Diet
b.    Latihan
c.    Pemantauan
d.    Terapi (jika diperlukan)
e.    Pendidikan



DAFTAR PUSTAKA

Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2002

Cipto. 2008. Perawatan Luka Penderita DM. Dalam www.pantiwilasa.com. Diakses tanggal 11 Januari 2009

efendi. 2008. Asuhan keperawatan Pada Klien Diabetes Mellitus (kencin Manis). Dalam www.indonesian nursing.com. dakses tanggal 18 Desember 2008.

Firman, (2008), Pengobatan Herbal Penderita Diabetes Mellitus, Dalam http://www. id-diabetesMillis@yahoogroups.com. Akses 13 Maret 2008

Herenda, (2005), Korelasi Tingkat Stres Dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta: UGM Skripsi

Izn. 2008. Faktor Lingkungan dan Gaya Hidup Berperan Besar Memicu Diabetes. Dalam www.pdpersi.co.id. Diakses tanggal 16 Desember 2008.

Johnson, Maroin., Maas M dan Moorhead S. 2000. Nursing Outcomes Classiffication (NOC). Mosby: Philadelphia

MC Closky J dan Bulaceck G. 2000. Nursing Interventions Classification (NIC). Mosby: Philadelphia

Nanda. Panduan Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2005-2006. NANDA Internasional: Philadelphia

Rukmana, Arif Wibawa. 2008. Ulkus Diabetikum. Dalam blogkoecampoeradoek.com. Diakses tanggal 11Januari 2009

Septiawan, Catur Edi. 2008. Kerusakan Integritas Jaringan. Dalam www.asuhankeperawatan.com. Diakes tanggal 13 januari 2009

Smeltzer, Suzzane C dan Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, Ed8 Vol 2. EGC. Jakarta

Somantri, Irman. 2007. Penanganan Nyeri. Dalam www.somantri.com. Daiakses tanggal 13 Januari 2009

Yuindartanto, Andrey. 2008. kaki Diabetik. Dalam www.yumizone.com. Diakeses tanggal 13 januari 2009

NURSING CARE PLAN

NO.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
1.















2.



















3.



























4.


















5.
































6.



















7.






















8.
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik 













Kerusakan integritas jaringan  berhubungan dengan Ulkus DM(bila ada)
















Cemas berhubungan dengan krisis situasional

























Gangguan Citra Tubuh dan harga diri berhubungan dengan perubahan dalam penampilan fungsi (amputasi)













Kurang pengetahuan berhubungan kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya




























Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan disfungi hormonal dan metabolisme















Nausea berhubungan dengan peningkatan glukosa dalam darah




















PK : hiperglikemi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  30 menit nyeri klien berkurang, dengan kriteria hasil:
-    Mengontrol nyeri
-    Melaporkan bahwa nyeri berkurang skala 1-3
-    Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
-    Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit, integritas jaringan klien membaik, dengan kriteria hasil:
-    Jaringan secara umum tampak utuh dan bebas dari tanda-tanda infeksi dan, tekanan dan trauma
-    Luka yang terbuka berwarna merah muda memperlihatkan reepitelisasi dan bebas dari infeksi
-    Luka yang baru sembuh teraba lunak dan licin

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit, cemas klien berkurang/ hilang dengan kriteria hasil:
-    Menunjukkan penurunan kegelisahan, peka rangsangan, dan agitasi
-    Mengungkapkan perasaan ketenangan dan kepuasan hati
-    Mencari teman dengan orang lain
-    Menunjukkan tingkat ketenangan diri yang lebih tinggi dalam situasi yang sulit









Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit, harga diri klien kembali baik, dengan kriteria hasil:
-    Mengidentifikasi hal-hal yang penting
-    Mengambil peran aktif dalam aktivitas
-    Mengungkapkan perasaan dan reaksi terhadap dan reaksi terhadap kehilangan atau kehilangan yang mengancam
-    Ikut serta dalam aktivitas perawatan diri

Setelah dillakukan tindakan keperawatan selama 30 menit pengetahuan klien bertambah tentang penyakitnya, dengan kriteria hasil:
a.  Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan
b.  Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti prosedur tersebut.
c.  Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengobatan.
d.  Bekerjasama dengan pemberi informasi









Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan fluid balance dan hydration dapat dicapai dengan kriteria hasil :
1.    mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal.
2.    Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
3.    Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, dan tidak ada rasa haus yang berlebihan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan comfort level dan nutrition status dapat dicapai dengan indikator :
Comfort level
1.      melaporkan kesejahteraan fisik nyaman (4)
2.      merasakan rasa puas dengan control gejala (2)
3.      melaporkan kesejahteraan psikologi baik (3)
4.      mengekspresikan rasa puas dengan lingkungan fisik (5)
Nutrition status
1.      masukan makanan oral (3)
2.      masukan cairan oral (3)

Perawat mampu menangani dan meminimalkan episode hiperglikemi
a.      Mengkaji karakteris- tik nyeri : lokasi, durasi, intensitas nyeri dengan menggunakan skala nyeri (0-10)
b.      Mempertahankan im- mobilisasi (back slab)
c.      Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka.
d.      Menjelaskan seluruh prosedur di atas
e.      Kolaborasi tentang pemberian obat-obatan analgesik

a.  Bersihkan luka/ulkus setiap hari
b.  Laksanakan perawatan luka sesuai dengan perskripsi medik
c.  Oleskan preparat antibiotik topikal dan memasng balutan sesuai ketentuan medik
d.  Berikan dukungan nutrisi yang memadai
e.  Kaji luka/ulkus dan laporkan tanda kesembuhan yang buruk.






a.    Kurangi situasi yang yang mencetuskan kecemasan dalam rutinitas sehari-hari.
b.    Tingkatkan kualitas hidup
1)    Berikan banyak kesempatan untuk kepuasan
2)    Berikan kenyamanan dan keamanan
c.    Berikan dorongan tentang perasaan positif pada diri
1)    Perlakukan pasien sebagai individu dengan perasaan
2)    Secara terbuka diskusikan perasaan ansietas dan tawarkan dukungan.
3)    Berikan pujian dengan sesuai
4)    Jangan perlakuakan klien seperti anak kecil dengan menggunakan gaya bicara seperti bayi atau istilah anak-anak

a.  Kaji perasaan klien tentang citra tubuh dan tingkat harga diri
b.  Identifikasi ancaman potensial terhadap harga diri klien
c.  Berikan dorongan klien untuk mengungkapkan kekhawatiran
d.  Individualisasikan perawatan untuk klien
e.  Bantu klien dalam perawatan diri ketika keletihan, letargi dan lainnya yang menghambat kemandirian



a.  Review pengertian klien dan keluarga tentang diagnosa, pengobatan dan akibatnya.
b.  Tentukan persepsi klien tentang ulkus dan pengobatannya, ceritakan pada klien tentang pengalaman klien lain yang menderita ulkus
c.  Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan secara spesifik, hindarkan informasi yang tidak diperlukan.
d.  Berikan bimbingan kepada klien/keluarga sebelum mengikuti prosedur pengobatan, therapy yang lama, komplikasi. Jujurlah pada klien.
e.  Anjurkan klien untuk memberikan umpan balik verbal dan mengkoreksi miskonsepsi tentang penyakitnya.
f.   Review klien /keluarga tentang pentingnya status nutrisi yang optimal.
g.  Anjurkan klien memelihara kebersihan kulit.


Fluid management
1.    Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2.    Monitor status hidrasi (kelembaban membran)
3.    Monitor hasil laboratotium yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, HMT)
4.    Monitor vital sign
5.    Monitor masukan dan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian








1.      Monitor terhadap perasaan mual kembung, distensi abdomen, nyeri kram dan pengeluaran gas yang berlebihan baik melalui mulut atau anus
2.      Monitor  peristaltik usus
3.      Monitor vital sign
4.      Monitor jumlah nutrisi dan kolon
5.      Monitor GDS
6.      Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
7.      Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien






1.      Pantau kadar gula darah
2.      Pantau tanda dan gejala hipoglikemi
3.      Monitor Vital sign
4.      Kolaborasi dengan ahli gizi tentang pemberian diit DM
5.      Kolaborasi dengan dokter pemberi terapi
a.  Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat me- nentukan jenis tindak annya.
b.  Mencegah pergeseran tulang dan penekanan pada jaringan yang luka.
c.  Peningkatan vena return, menurunkan edem, dan me- ngurangi nyeri.
d.  Untuk mempersiapkan mental serta agar pasien berpartisipasi pada setiap tindakan yang akan dilakukan.
e.  Mengurangi rasa nyeri
a.  Pembersihan setiap hari akan mengurangi potensial kolonisasi bakteri
b.  Perawatan akan mempercepat kesembuhan luka
c.  Perawatan luka akan mengurangi kolonisasi bakteri dan mempercepat kesembuhan
d.  Nutrisi yang memadai sangat penting untuk pembentukan granulasi yang normal dan kesembuhan
e.  Intervensi dini untuk mengatasi kesembuhan luka


a.  Perbaikan konstan akan meningkatkan ansietas dan dapat mengakibatkan agitasi yang berat
b.  Tujuan ditegakkan bedasarkan menit-permenit
c.  Penerimaan akan memberikan dukungan individu ini sedang dalam proses berduka terhadap banyak kehilangan

















a.  Memberikan dasar pengkajian untuk evaluasi perubahan dan mengkaji keefektifitasan intervensi
b.  Mengantipasi perubahan dan memungkinkan klien untuk mengindentifikasi pentingnya area baginya
c.  Memberikan dorongan/ memungkinkan kontrol kontinu terhadap kejadian dan diri klien
d.  Mengidentifikasi kekhawatiran adalah suatu tahap penting dalam mengatasinya
e.  Kesejahteraan fisik mengingkatkan harga diri

a.  Menghindari adanya duplikasi dan pengulangan terhadap pengetahuan klien.
b.  Memungkinkan dilakukan pembenaran terhadap kesalahan persepsi dan konsepsi serta kesalahan pengertian
c.  Membantu klien dalam memahami proses penyakit
d.  Membantu klien dan keluarga dalam membuat keputusan pengobatan
e.  Mengetahui sampai sejauhmana pemahaman klien dan keluarga mengenai penyakit klien.
f.   Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai nutrisi yang adekuat.
g.  Mengkaji perkembangan proses-proses penyembuhan dan tanda-tanda infeksi serta masalah dengan kesehatan mulut yang dapat mempengaruhi intake makanan dan minuman.
h. Meningkatkan integritas kulit dan kepala.

a.  Merupakan indicator secara dini tentang hypovolemia.
b.  Menurunnya out put dan konsentrasi urine akan meningkatkan kepekaan/endapan sebagai salah satu kesan adanya dehidrasi dan membutuhkan peningkatan cairan.
c.  Untuk meminimalkan hilangnya cairan







a.  Memantau untuk kebutuhan nutrisi klien adanya gangguan
b.  Untuk mengetahui perubahan status klien
c.  GDS dilakukan untuk mengetahui perubahan kadar gudal dalam darah
d.  Kolaborasi pemberian diet DM













a.      adanya peningkatan atau penurunan drastis kadar gula
b.      adanya penurunan kadar gula dalam darah yang dapat mengakibatkan syok
c.      untuk perubahan status kesehatan
d.      diit rendah gula
e.      terapi pemberian insulin




ANALISA DATA

No
Tgl/jam
Data
Etiologi
Masalah
1.
18-05-09
08.00WIB

DS :
pasien menyatakan pusing, dada penuh, lemas

DO :
GDS : 204mg/dl
TD: 127/69mmHg
S : 36,6°C
N : 50x/menit
Klien tampak lemas

Kegagalan metabolisme glukosa
PK : hiperglikemi
2.
18-05-09
08.00WIB

DS :
pasien menyatakan mual

DO :
- abdomen hipertympani
- Klien terlihat mau muntah

Peningkatan glukosa dalam darah
Nausea












RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
1.






















2.






Nausea berhubungan dengan peningkatan glukosa dalam darah




















PK : hiperglikemi











Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan comfort level dan nutrition status dapat dicapai dengan indikator :
Comfort level
1.   melaporkan kesejahteraan fisik nyaman (4)
2.   merasakan rasa puas dengan control gejala (2)
3.   melaporkan kesejahteraan psikologi baik (3)
4.   mengekspresikan rasa puas dengan lingkungan fisik (5)
Nutrition status
1.   masukan makanan oral (3)
2.   masukan cairan oral (3)

Perawat mampu menangani dan meminimalkan episode hiperglikemi
1.   Monitor terhadap perasaan mual kembung, distensi abdomen, nyeri kram dan pengeluaran gas yang berlebihan baik melalui mulut atau anus
2.   Monitor  peristaltik usus
3.   Monitor vital sign
4.   Monitor jumlah nutrisi dan kolon
5.   Monitor GDS
6.   Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
7.   Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien






1.         Pantau kadar gula darah
2.         Pantau tanda dan gejala hipoglikemi
3.         Monitor Vital sign
4.         Kolaborasi dengan ahli gizi tentang pemberian diit DM
5.         Kolaborasi dengan dokter pemberi terapi






1.   Memantau untuk kebutuhan nutrisi klien adanya gangguan
2.   Untuk mengetahui perubahan status klien
3.   GDS dilakukan untuk mengetahui perubahan kadar gudal dalam darah
4.   Kolaborasi pemberian diet DM













a.    adanya peningkatan atau penurunan drastis kadar gula
b.    adanya penurunan kadar gula dalam darah yang dapat mengakibatkan syok
c.    untuk perubahan status kesehatan
d.    diit rendah gula
e.    terapi pemberian insulin


IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama               : Tn. S                                                                          Diagnosa medis : Diabetes Melitus
No. RM           : 088677
No
Hari/Tgl/jam
Diagnosa
Implementasi
Respon
1.


















2.
















3.
Senin
18-05-09
Shift malam
















Rabu
20-05-09
Shift pagi














Kamis
21-05-09
Shift pagi

Nausea berhubungan dengan peningkatan glukosa dalam darah
Jam 20.00WIB
§  Menerima operan jaga

Jam 22.00WIB
§  Memberikan terapi injeksi
§  Memotivasi klien untuk istirahat

Jam 04.30WIB
§  Menyiapkan air hangat

Jam 05.00WIB
§  Mengukur vital sign

Jam 06.00WIB
§  Memberikan nutrisi sesuai diet dan monitor makan&minum
§  Memberikan terapi oral


Jam  07.00
§  Menerima operan jaga

Jam  07.30
§  Mengukur vital sign

§  Mengkaji keluhan klien


Jam  10.00
§  Memberikan terapi injeksi
§  Memonitor pemberian infus

Jam  12.00
§  Memberikan diit siang
§  Memberikan terapi oral

Jam  07.00
§  Menerima operan jaga

Jam  07.30
§  Mengukur vital sign

§  Mengkaji keluhan klien


Jam  10.00
§  Memberikan terapi injeksi

Jam  12.00
§  Memberikan diit siang
§  Memberikan terapi oral






Kondisi klien sebelumnya


Injeksi Hexer
Klien responsif


Klien dibantu keluarga untuk mandi dan ADL

TD : 117/76 mmHg
S    : 36,1 ˚C       N  : 73x/menit

(BDM 1700 kkal)

Farsobid 2x1, aspilet 2x1, dexanta 3x1


Kondisi klien sebelumnya


TD : 112/66 mmHg
S    : 36,2 ˚C       N  : 74x/menit
Klien mengatakan mual berkurang, sudah bisa menghabiskan ¼ porsi BDM dan DJ3
Injeksi hexer 1A
Infus martos


BDM dan DJ3
Farsobid 2x1, probenid 2x1, dexanta 3x1

Kondisi klien sebelumnya


TD : 98/60 mmHg
S : 35,4˚C    N : 76 x/menit
Klien mengatakan sudah tidak mual dan menghabiskan diit yang diberikan

Injeksi hexer 1A


BDM dan DJ3
Farsobid 2x1, probenid 2x1, dexanta 3x1, aspilet 2x1

No
Hari/Tgl/jam
Diagnosa
Implementasi
Respon
1.















2.
















3.
Senin
18-05-09
Shift malam













Rabu
20-05-09
Shift pagi














Kamis
21-05-09
Shift pagi

PK : hiperglikemi
Jam 20.00WIB
§  Menerima operan jaga

Jam 22.00WIB
§  Memberikan terapi injeksi
§  Memotivasi klien untuk istirahat

Jam 05.00WIB
§  Mengukur vital sign

Jam 06.00WIB
§  Memberikan nutrisi sesuai diet dan monitor makan&minum
§  Memberikan terapi oral


Jam  07.00
§  Menerima operan jaga

Jam  07.30
§  Mengukur vital sign

§  Mengkaji keluhan klien


Jam  10.00
§  Memberikan terapi injeksi
§  Memonitor pemberian infus

Jam  12.00
§  Memberikan diit siang
§  Memberikan terapi oral

Jam  07.00
§  Menerima operan jaga

Jam  07.30
§  Mengukur vital sign

§  Mengkaji keluhan klien


Jam  10.00
§  Memberikan terapi injeksi

Jam  12.00
§  Memberikan diit siang
§  Memberikan terapi oral






Kondisi klien sebelumnya


Injeksi Hexer
Klien responsif


TD : 117/76 mmHg
S    : 36,1 ˚C       N  : 73x/menit

(BDM 1700 kkal)

Farsobid 2x1, aspilet 2x1, dexanta 3x1


Kondisi klien sebelumnya


TD : 112/66 mmHg
S    : 36,2 ˚C       N  : 74x/menit
Klien mengatakan mual berkurang, sudah bisa menghabiskan ¼ porsi BDM dan DJ3
Injeksi hexer 1A
Infus martos


BDM dan DJ3
Farsobid 2x1, probenid 2x1, dexanta 3x1

Kondisi klien sebelumnya


TD : 98/60 mmHg
S : 35,4˚C    N : 76 x/menit
Klien mengatakan sudah tidak mual dan menghabiskan diit yang diberikan

Injeksi hexer 1A


BDM dan DJ3
Farsobid 2x1, probenid 2x1, dexanta 3x1, aspilet 2x1
                                                                                                                                                                            




CATATAN PERKEMBANGAN
Tgl/jam
No. Dx
Perkembangan (SOAP)
Paraf
Senin
18-05-09
Shift malam

1
S : klien mengatakan masih mual
O :     
TD : 117/76 mmHg
S    : 36,1 ˚C       N  : 73x/menit
Klien tampak lemas
A : masalah nausea belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 3, 4, 5



2
S : klien mengatakan badan lemas
O :  
TD : 117/76 mmHg
S    : 36,1 ˚C       N  : 73x/menit         
Klien tampak lemas
GDS : 101mg%
A : masalah PK:hiperglikemi belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4


Rabu
20-05-09
Shift pagi

1
S : klien mengatakan mual berkurang
O :     
TD : 112/66 mmHg
S    : 36,2 ˚C       N  : 74x/menit 
Klien menghabiskan 1/4porsi diit BDM+DJ3
A : masalah nausea teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi 3, 4, 5



2
S : klien mengatakan badan lemas
O :     
TD : 112/66 mmHg
S    : 36,2 ˚C       N  : 74x/menit   GDS : 97g%
A : masalah PK:hiperglikemi belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4


Kamis
21-05-09
Shift pagi

1
S : klien mengatakan sudah tidak mual
O :     
TD : 98/60 mmHg
S : 35,4˚C    N : 76 x/menit
Klien mampu menghabiskan 1 porsi BDM+DJ3
A : masalah nausea teratasi
P : lanjutkan intervensi 3, 4, 5



2
S : klien mengatakan badan masih lemas
O :     
TD : 98/60 mmHg
S : 35,4˚C    N : 76 x/menit
GDS : 97g%
A : masalah PK:hiperglikemi belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4







0 komentar: